Kamis, 30 Desember 2010

Penantian Yang Sia-Sia :'-(


Aku bertemu dengannya ketika aku sedang dihukum menyapu halaman belakang sekolah. Aku melihatnya dari balik celah-celah gerbang belakang. Dia sedang berlari kencang. Dia memakai seragam sekolah yang sama dengan seragamku, tapi aku tidak pernah melihat, mungkin dia anak baru… Anak laki-laki itu menggedor-gedor gerbang belakang, aku terkejut. Wajahnya pucat pasi dan keringatnya bercucuran.
“Hei! Bisakah kau bukakan gerbang ini?” tanyanya.
“Apa? Tapi gerbang ini sudah digembok!! Kau terlambat!” jawabku
“Haaah” keluhnya
Tiba-tiba sensei Kazuto dating dan mukanya terlihat marah, tanpa berkata apa-apa dia membuka gerbang itu dan anak laki laki tersebut masuk. Dia tertunduk dan wajahnya semakin pucat. Sensei Kazuto menyuruhnya membantuku menyapu halaman. Anak laki-laki itu menaruh tasnya, mengambil sapu, dan mulai menyapu bersamaku. Kami saling terdiam, wajah anak laki-laki itu tampak sebal. Setelah beberapa menit sensei Kazuto  dating lagi.
“Cepatlah menyapunya, kalian butuh belajar!”
“Baik sensei” jawabku
Anak laki-laki itu menyapu beberapa blok lagi kemudian mengambil tasnya dan pergi. Aku sangat ingin mengetahui namanya, tapi anak laki-laki it uterus saja pergi. Tiba-tiba mulutku berteriak lancang
“Namaku Keiko!! Kau siapa?”
Sambil terus berjalan anak laki-laki itu menjawab “Tatsuya!”
“Kelas Berapa??!” teriakku lebih kencang.
Kutunggu beberapa saat tapi dia tidak menjawab. Sudahlah!! Pikirku>
…………………………………………………………………………………………….
            Tidak terasa aku dan Tatsuya sudah satu semester ini berteman baik. Aku dan dia memang sering terlambat dan dihukum bersama. Tatsuya sekelas denganku diSMP ini. Kami sering mengobrol dan bercanda di halaman belakang sekolah saat kami dihukum. Kami juga sering mamandangi langit malam di beranda rumahnya  dan kadang-kadang rumahku. Aku mulai merasakan sesuatu yang berbeda kalau bersama Tatsuya. Hatiku berdebar-debar kencang, aku selalu merindukannya, dan aku selalu memikirkannya.
Entah sejak kapan aku mulai merasakan hal ini. Kurasa aku telah jatuh cinta pada Tatsuya. Aku tidak tahu apakah dia juga merasakan hal yang sama denganku. Aku hanya terlalu takut untuk mengungkapkannya. Aku selalu menyimpan rapat-rapat semua perasaanku. Hingga Tatsuya akan pergi jauh ke Amerika untuk melanjutkan sekolahnya. Aku senang kalau dia akan bahagia disana, tapi aku juga sedih karena aku tidak ingin ditinggal olehnya.
Dia tidak pernah tahu kalau aku mencintainya. Tatsuya telah pergi, dan aku akan menyapu halaman belakang sekolah sendirian. Begitupun melihat langit malam yang dipenuhi bintang-bintang yang bersinar terang. Di beranda bekas rumahnya aku mengadah dan memandang langit malam yang bertabur bulan purnama dan bintang-bintang yang bersinar terang.
Aku mulai terisak, air mataku tak terbendung lagi. Aku sangat merindukannya. Beribu pertanyaan kusampaikan ke langit malam, bulan dan bintang yang bersinar dengan indahnya.
“Bulan, kau ada diatas sana kan? Bisakah kau memberi tahuku dimana Tatsuya berada sekarang?”
“Bisakah kalian bintang-bintang dilangit melihat apa yang sedang dilakukan Tatsuya sekarang?”
Gumamku sambil menangis tersedu.
………………………………………………………………………………………………
Musim semi bunga sakura bermekaran dengan indah. Aku duduk di salah satu bangku taman dan menikmati keindahan di sekelilingku. Paru-paruku penuh dengan udara hangat musim semi. Aku bangkit, menggenggam tanganku dan menghirup udara sebanyak-banyaknya.
Aku menyunggingkan seulas senyum mengingat tempat ini. Disini tempat pertama kali aku melihat Tatsuya berlari kencang dari balik gerbang belakang sekolahku dulu. Aku masih mengingat rambut hitamnya yang berkibar saat dia berlari. Keringatnya bercucuran dan suaranya yang terdengar kesal.
Ya, Tatsuya sangat tampan.. Mataku mulai basah karena air mata, dan aku mulai menagis. Betapa bodohnya aku menyimpan perasaanku. Setelah sepuluh tahun Tatsuya tidak ada disini, perasaanku masih sama, masih tetap mencintainya. Entahlah, hingga saat ini belum ada yang bisa menggantikan Tatsuya.
Tidak.. Tidak boleh, aku tidak bisa terus menangisinya. Aku mengelap air mataku yang sudah membasahi pipiku. Menyisir rambut kebelakang telingaku dengan jariku. Aku kembali melihat sekeliling tempat ini. Toba-tiba mataku tertuju pada seorang anak laki-laki yang berlari kencang. Dia masih kecil, mungkin umurnya 6 atau 7 tahun. Entah kenapa saat aku melihatnya aku teringat kembali pada Tatsuya dan isakku kembali keluar. Anak laki-laki itu mirip sekali Tatsuya.
BRUK!! Anak laki-laki itu terjatuh, dan aku menghampirinya.
“Adik kecil, ayo bangun…” ucapku sambil membantunya bangun
“Ayo kita duduk disana!” ajakku sambil menggendongnya ketempat duduk tadi.
Aku berjongkok dibawah, sehingga tinggi kami sama. Aku melihat lukanya, hanya beberapa goresan kecil. Kukeluarkan selembar tissue basah dari tas Dolce and
Gabbana ku, dan mulai membersihkan lukanya.
“Adik, kau tidak bersama orang tuamu?” tanyaku
“Ibu dan ayah menungguku di taman sebelah sana, aku sedang mengejar es krim. Tapi es krimnya tidak mau berhenti, jadi ya aku tidak makan es krim deh” jawabnya.polos.
“Akan kuantar pada ayah dan ibumu” kataku sambil tersenyum.
Setelah selesai mambersihkan lukanya, anak laki-laki itu hanya terdiam dan melihat sekelilingnya. Dia menunjuk kedua orang laki-laki dan perempuan yang sangat mesra. Kupikir mereka suami istri. Tiba-tiba anak laki-laki itu menyalak
“Itu ayah dan ibu!” teriaknya lalu berlari menghampiri mereka yang berada dikejauhan.
Si ibu kemudian memanggil nama anaknya.
“Ryoki! Ryoki! Kau kemana saja?? Ayah dan ibu mencarimu kemana-mana” seru si ibu.
“Aku bersama kakak itu!” jawabnya sambil menunjuk ke arahku.
Aku hanya berdiri mematung di tempatku, tak percaya dengan apa yang aku lihat.
“Terima kasih ya, sudah menjaga Ryoki” kata si ibu.
Aku hanya terbelalak melihat laki-laki didepanku. Samar-samar aku melihat wajahnya, ya.. itu Tatsuya. Benar, Tatsuya yang pergi sepuluh tahu yang lalu, temenku, dan cinta pertamaku. Aku benar-benar ingin menangis saat ini. Tapi ku tahan sebisaku.
“Sayang, kalian saling kenal ya?” Tanya perempuan itu dengan mesra pada orang yang menurutku TATSUYA.
“Ya.. Teman lama” Jawabnya pelan,
TEMAN LAMA, aku hanyalah teman lama bagi Tatsuya. Aku terhenyak mendengar hal itu. Seakan ada tombak yang menusuk hatiku. Aku membisu. Tidak.. Tidak!! TIDAK!! Aku tidak boleh menangis!!!
“Baiklah, sekali lagi terima kasih sudah menjaga Ryoki, sampai jumpa!...” kata perempuan itu. Ayo Ryoki, ibu dan ayahmu akan memasak sup untukmu!” katanya, lalu menggandeng tangan Ryoki dan Tatsuya.
Tatsuya hanya menoleh ke belakang dan berkata pelan
“Maafkan aku Keiko!”
Tangiskupin meledak. Tatsuya mulai pergi menjauh.. Jauh.. Jauh.. Dan jauh.. Dia tak akan bisa kumiliki. Badanku lemas dan aku jatuh terduduk. Kututupi mukaku dengan tangan dan menangis kencang sejadi-jadinya…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar